Wednesday, November 19, 2008


Citra Baik Seorang Supir Taksi di Singapura

Dalam beberapa kesempatan kisah ini sering saya ulang, baik dalam talk show, diskusi resmi, obrolan warung kopi sampai dengan pembicaraan santai sesama teman. Sebuah kisah tentang seorang supir taksi di singapura yang begitu profesional dan juga membantu negaranya untuk membangun citra positif untuk Singapura, negara supir taksi tersebut.

Cerita ini bermula ketika saya dan rekan-rekan kerja saya harus ke Singapura mengadakan sebuah seminar investasi, pada tahun 2003. Kami bekerja sampai dini hari dan setelah semua persiapan selesai, kami harus ke hotel yang telah kami pesan dari Indonesia. Hotel tersebut terletak di daerah Geylang, maklum hotel murah untuk pegawai rendahan seperti kami, dengan $40 kami bisa tidur berdua. Kami memilih menggunakan taksi, dan mencegatnya didepan Hotel tempat seminar besok diadakan. Setelah mendapatkan taxi, supir tersebut membawa kami ke daerah tempat kami akan menginap, karena agak kurang mengerti betul letak hotel yang kami sebutkan, dia terus menelpon temannya lewat HPnya untuk mengetahui persisi letak hotel kami.

Setelah 10 menit berlalu, dia berhenti didepan sebuah hotel dan meminta kami menanyakan apakah benar hotel ini yang dimaksud, dan rekan saya turun sambil bertanya ternyata bukan hotel ini yang kami tuju. Ini juga terjadi sekali lagi, salah hotel dikarenakan si supir tidak tahu persis Hotel yang kami maksud. Hotel yang ketiga barulah benar, dan kami semua turun dari taksi, kemudia saya sebagai pemegang dana operasional langsung membayar si Supir taxi seharga yang tercantum di argo meter, kalo saya tidak salah sekitar S$9 sembari mengucapkan Thank you very much Sir.

Tetapi si Supir langsung mengatakan kepada saya bahwa saya tidak perlu membayar sejumlah S$(, cukup S$7 saja, karena kesalahan dia yang tidak mengetahui tempatnya maka waktu kami terbuang dan argo menjadi lebih dari yang seharusnya. Saya kaget, kagum, terharu dan kehabisan kata-kata sambil menerima kembalian $S3 dari si supir tadi. Dalam hati saya berkata, luar biasa nih negara, gimana nggak maju pariwisatanya kalo pekerja selevel supir taksi saja bisa membuat citra Singapura menjadi baik sekali dimata turisnya.

Saya percaya tidak semua orang Singapura sebaik dia, tetapi intinya kalau penduduk saja sudah ikut menjadi profesional dengan kesadaran bahwa negara mereka mengandal turis yang datang, kemudian melayani tamu dengan hati nurani, pasti membuat kita kagum. Dengan kekaguman saya ini saya ceritakan kepada orang-orang yang saya kenal dan tidak saya kenal, dibaca oleh pembaca blog dan tulisan saya, dan kemudian menceritakan kembali cerita ini. Sebuah promosi yang paling efektif, bukti nyata dari keberhasilan sebuah sistem negara yang bisa membantu negara dia sendiri.

Aapa yang terjadi adalah hikmah yang kita dapat, dia berbuat baik karena dia rasa tidaklah rugi S$2 buat dia tetapi sebuah kepercayaan terhadap dia dan negaranya. Sebuah kewajiban bagi manusia untuk berbuat jujur denga n ahti nurani, dan mungkin juga dia tidak sadar ini dilakukan untuk dia, keluarganya, agamanya, negaranya dan semua unsur kebaikan karena yang dia lakukan adalah menuruti hati nuraninya.

Kiat juga bisa meniru sebuah cerita sederhana ini dengan himah yang besar, bahwa untuk berbuat kebaikan yang ada dalam hati nurani kita tidak harus berfikir untung rugi dan pikiran lainnya, cukup dijalankan sesuai dengan kata hati kita. Imbasnya adalah sesuatu yang positif, dimana semua yang mendengar cerita ini pasti sedikit banyak akan merubah citra kita terhadap Singapura. Yang terpenting ayo kita lakukan di dalam diri kita, keluarga kita, lingkungan kita dan negara kita karena pasti akibatnya baik untuk kita semua.

Dari pada kita habiskan waktu untuk mencari kemaksiatan seperti menipu, curang, melihat gambar artis bugil atau nonton gosip yang hanya membahas artis kawin cerai sehingga mengurangi pahala kita, lebih baik kita memulai sesuatu untuk Indonesia. Yuk kita mulai dari sekarang dari hal paling kecil. Sukses Indonesia

No comments: