
Beberapa tahun yang lalu aku membaca sebuah buku mengenai kajaiban sedekah. Disitu aku membaca cerita-cerita nyata mengenai keimanan mereka dengan mengeluarkan hartanya kepada yang memerlukan. Beberapa cerita yang menarik adalah sebuah prinsip dari beberapa orang, apabila kamu takut kekurangan maka bersedekahlah. Karena sedekah itu membukakan pintu rejeki kepada kita.
Hal kedua yang aku pelajari adalah sedekah memberikan jalan keluar yang terbaik bagi pelakunya. Cerita tersebut banyak juga membeberkan mengenai penyembuhan dengan terapi sedekah. Orang yang suaminya sakit keras, justru dengan itu ia bersedekah dan diberikan keajaiban. Orang yang mengalami sakit pada dirinya sendiri kemudian bisa melewati sakitnya juga dengan sedekah.
Cerita lain juga terjadi pada orang yang menghadapi masalah, dimana sedekah memberikan mereka jalan keluar yang arif dan bijak. Pihak-pihak yang difitnah, dengan sedekah Alloh juga menunjukkan jalan keluar yang cepat dan tepat. Dan banyak hal yang patut ditiru oleh kita mengenai sedekah.
Kemudian saya mengalami sendiri dan ini kisah nyata di Bulan Ramadhan 1429 H. Ketika masuk tanggal 1 Ramadhan, saya mendapatkan kabar bahwa mertua saya masuk rumah sakit karena gulanya tinggi. Karena kita berada diluar kota, maka tidaklah mudah untuk menjenguknya. Kami hanya bisa membantu sedikit materi untuk biaya berobata Mertua. Setelah masuk hari ke tiga, kami mendengar kabar bahwa sakitnya Ibu mertua makin buruk, dan beberapa keluarga menyarankan kami agar segera pulang. Aku berdiskusi dengan istriku, dan kami sepakat agar kalau keadaan memburuk apapun kita harus datang ke Jakarta. Tetapi kami juga khawatir kalau datang sekarang, dengan biaya yang mahal pada bulan puasa, suami-istri dan anak 2, kemudian ternyata timing kurang tepat akan membuat penyesalan. Bukan materi yang kami pikirkan, tetapi banyak kejadian, orang tua yang semakin parah keadaannya malah berpulang sewaktu kita balik ke kota kita dan ini yang kami tidak harapkan.
Kebetulan besok lusa aku ada rapat dijakarta, dan aku sampaikan kepada istriku bahwa aku akan melihat kemudian kita putuskan apakah kita harus pulang atau tidak. Sampai aku dijakarta ternyata keadaan mertua sudah membaik dan Alhamdulillah, malah keadaanku di jakarta memburuk karena terserang campak. Kemudian sepulang dari Jakarta aku menceritaka kepada istriku bahwa keadaan sudah membaik, sehingga mungkin kta lebih santai menghadapinya.
Keesokan hari kami mendengar kabar bahwa keadaan fisiknya turun lagi, dan feeling kami akhirnya memutuskan, yuk kita berangkat. Alhamdulillah ada tiket yang lebih murah dari biasanya, kamik semua berangkat pada hari ke10 Ramadhan 1429 H. Sampai kami di RS Tarakan, Ibu Mertua masih menyambut kami dengan senyum, dan masih berbincang. Namun keesokan harinya keadaan tambah parah Istriku akhirnya menginap di RS Tarakan karena Ibu Mertua mengalami fase koma.
Dengan keadaan yang mengenaskan, koma dan nafas tersengal kami semua bingung. Kami terus membacakan ayat suci Al Quran, bahkan kami coba membisikkan Dua Kalimat Syahadat, jaga-jaga ini akan seperti yang kami takutkan.
Masuk hari kedua dan ketiga, keadaannya semakin memprihatinkan, dalam koma kondisi nafasnya makin tersengal. Kami semua sedih, bahkan istriku dan adiknya sering terlihat menangis dan mengaji.Semua keluarga terus berdatangan. Yang paling dikhawatirkan adalah beliau mengalami koma dalam waktu yang panjang, bahkan cerita temen-temen ada yang sampai berbulan-bulan.
Pada malam hari itu, kami terus membmbing dengan bacaan ayat suci, dan berdiskusi keadaan ibu mertua. Sampai akhirnya aku ingat akan buku yang aku ceritakan dan mengajak istriku, dan kedua adik iparku berdiskusi. Mereka semua setuju untuk terapi melalui sedekah, bahkan sevelum sakit ibu mertua pernah berkeinginan menyumbangkan hartanya ke janda-janda terlantar waktu lebaran. Kebetulan, akhirnya aku bertanya pada adik iparku berapa harta yang tersisa dari ibu mertuaku dan itu disedekahkan saja sesuai niatnya. Kita pun sepakat untuk menambah dari milik kita untuk mendapatkan yang yang terbaik untuk Mama. Adik Iparku berjanji besok pagi akan segera melaksanakan kesepakatan kita.
Keesokan hari aku sampai di RS Tarakan, istriku cerita bahwa adik iparku sudah melaksanakan sedekah. Hari itu hujan deras dan gelap gulita, padahal Jakarta waktu itu jarang hujan. Kami ceritakan kepada Ibu Mertua yang sedang koma, bahwa keinginannya telah kami laksanakan dan seketika dalam keadaan koma airmatanya menetes. Istriku bercerita bahwa genggaman tangannya mengeras. Sekitar dua atau tiga kali dia menangis, dan bersamaan dokter masuk untuk mengecek. Dokter mengatakan keadaannya memburuk, dan kami sudah pasrah. Aku segera mengabari adik iparku untuk ambil ijin dan segera ke RS Tarakan. Kami semua memang berharap yang terbaik untuk Ibu mertua kami, dan jangan mengalami penderitaan seperti ini.
Setelah kita semua berkumpul, tekanan darahnya terus turun sampai harus dibantu dengan alat. Namun mulutnya terlihat mengucapkan kata seperti ”Allah, Allah, Allah”. Alhamdulillah kami bahagia sekali mendengarnya, dalam keadaan koma dia terlihat berusaha menyebut nama Allah. Sampai pada saat paling kritis, dokter dan beberapa perwat masuk, istriku dan adikku makin keras suara membaca Yasin dan tepat pukul 14.35 WIB Ibu Merua berpulang ke Rahmatullah.
Kami semua berpelukan dan aku berkata, ”Ini sudah yang terbaik, seperti doa kita, Ikhtiar kiat dan sedekah Mama diberikan jalan yang terbaik. Dia tidak lagi tersiksa, setelah 3 hari koma. Allah telah memberikan yang terbaik untuk Mama”
Dari cerita ini, aku makin percaya bahwa sedekah kita, baik berupa materi, niat dan perbuatan baik, senyuman, dzikir dan segala amalan kebaikan akan berbuah hasil Allah telah menjanjikannya dan terbukti Ibu mertuaku mendapatkan yang terbaik dan tidak diperpanjang penderitaannya. Kisah ini semoga bisa bermanfaat bagi kita semua, bahwa kalau kita ada masalah baik pribadi, keluarga, keuangan, penyakit, fitnah dan segala macam, marilah kita coba terapi sedekah ini.

No comments:
Post a Comment